ASESMEN PORTOFOLIO

Oleh : M.Sutarno S.Si, M.Pd

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Era global yang menuntut peningkatakan daya saing dalam kompetisi yang terbuka telah menimbulkan orientasi baru dalam pendidikan. Buchori (2000) menekankan bahwa pendidikan yang bermakna dapat menolong kita, sedangkan pendidikan yang tidak bermakna hanya menjadi beban hidup. Karena itu kebermaknaan belajar menjadi isu penting dalam pendidikan seperti yang telah dilaporkan oleh the International Commission on Education for the Twenty-first Century (Delors, 1995), suatu komisi yang dibentuk oleh UNESCO dan bertugas mengkaji pendidikan yang tepat untuk abad ke-21. Laporan itu mengatakan bahwa untuk memenuhi tuntutan kehidupan masa depan, pendidikan tradisional yang sangat quantitatively-oriented and knowledge-based tidak lagi relevan. Melalui pendidikan, setiap individu mesti disediakan berbagai kesempatan belajar sepanjang hayat; baik untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap maupun untuk dapat menyesuaikan diri dengan dunia yang kompleks dan penuh dengan saling ketergantungan. Untuk itu, pendidikan yang relevan harus bersandar pada empat pilar pendidikan, yaitu (1) learning to know, yakni pebelajar mempelajari pengetahuan, (2) learning to do, yakni pebelajar menggunakan pengetahuannya untuk mengembangkan keterampilan, (3) learning to be, yakni pebelajar belajar menggunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk hidup, dan (4) learning to live together, yakni pebelajar belajar untuk menyadari bahwa adanya saling ketergantungan sehingga diperlukan adanya saling menghargai antara sesama manusia.

Pendidikan saat ini harus mampu membekali setiap pebelajar dengan pengetahuan, keterampilan, serta nilai-nilai dan sikap, dimana proses belajar bukan semata-mata mencerminkan pengetahuan (knowledge-based) tetapi mencerminkan keempat pilar di atas. Melalui keempat pilar itulah dapat terbentuk kompetensi. Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang memfasilitasi pebelajar dalam berfikir dan bertindak sesuai dengan situasi yang dihadapi. Seseorang dikatakan kompeten apabila padanya terbentuk suatu kemampuan yang dapat diandalkannya dalam menghadapi tuntutan kehidupan. Dengan kata lain, kompetensi dibangun agar setiap individu dapat survive dalam menghadapi kehidupan yang penuh dengan tantangan dalam era global ini.

Pembentukan kompetensi mensyaratkan dilakukannya asesmen yang bersifat komprehensif, dalam arti asesmen dilakukan terhadap proses dan produk belajar. Bila pada masa yang lalu fokus pembelajaran adalah pada produk belajar, pada masa sekarang proses dan produk mendapat porsi perhatian yang seimbang. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa suatu produk yang baik seyogyanya didahului oleh proses yang baik. Untuk meyakinkan hal tersebut, perlu dilakukan pemantauan terhadap proses. Disamping itu, dengan dilakukannya pemantauan selama proses, terbuka peluang bagi pebelajar untuk mendapatkan umpan balik yang dapat digunakannya untuk menghasilkan produk terbaik. Salah satu bentuk asesmen yang dimaksud adalah asesmen portofolio.

B. Rumusan Masalah

Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan karakteristik asesmen portofolio. Bahasan dalam makalah ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan masalah sebagai berikut :

  1. Apa yang dimaksud dengan portofolio?
  2. Mengapa menggunakan portofolio?
  3. Apa sajakah jenis-jenis portofolio?
  4. Bagaimana hakikat asesmen portofolio?
  5. Bagaimana langkah-langkah melakukan asesmen portofolio?
  6. Bagaimana cara pelaporan asesmen portofolio?
  7. Bagaimana menentukan validitas dan reliabilitas pada asesmen portofolio?

 

BAB II. PEMBAHASAN

A. Portofolio

  1. Pengertian Portofolio

Istilah portofolio awalnya diambil dari bidang seni, yakni istilah yang berarti suatu kumpulan karya yang dimaksud (Stecher, dalam Fredman et al., 2001). Suatu portofolio, menurut Collins (dalam Collette & Chiappetta, 1994), adalah suatu tempat yang berisi sekumpulan bukti dari keterampilan, pengetahuan, minat, dan kecenderungan seseorang. Bahan dalam portofolio tersebut digunakan untuk membuat keputusan tentang kualitas kinerja individu yang mengembangkan portofolio itu. Portofolio digunakan dalam berbagai bidang. Para artis mengembangkan portofolio kerja seni mereka. Mereka menyeleksi hasil kerja yang menunjukkan bukti-bukti kemampuan sebagai artis dan kualitas kerjanya. Fotografer juga menghasilkan portofolio dari foto-foto yang telah diambilnya. Mereka memasukkan foto-foto yang memperlihatkan kualitas kerjanya. Dalam ranah persekolahan, portofolio adalah koleksi yang sangat berguna tentang upaya, kemajuan, dan kemampuan siswa dalam jangka waktu tertentu (Cherian & Mau, 2003).

Sebuah portofolio adalah koleksi multidimensi dari infomasi yang dikumpulkan, yang memungkinkan guru dan siswa mengkonstruksi gambaran terorganisasi, proses, dan deskriptif tentang pembelajaran siswa (Duffy et al, 1999). Sebagai sebuah bentuk asesmen, portofolio merupakan sebuah kumpulan seleksi dan sistematisasi karya siswa yang memperlihatkan ketuntasan atau pertumbuhan dalam area tertentu dalam jangka waktu tertentu (Jones, 2001). Koleksi tersebut dapat meliputi contoh-contoh karya, contoh hasil tulisan, karya seni, yang diseleksi berdasarkan pertimbangan siswa itu sendiri untuk menunjukkan tentang dirinya. Dengan portofolio, refleksi siswa sebagai swaasesmen dapat dijalankan dan dilakukan pengkaitan antara apa yang siswa pelajari dengan maknanya. Senada dengan pernyataan tersebut, di dalam Buku KTSP SMP (Depdiknas, 2006) dinyatakan bahwa asesmen portofolio merupakan penilaian melalui koleksi karya (hasil kerja) siswa yang sistematis, yakni: pengumpulan data melalui karya siswa, pengumpulan dan penilaian yang terus menerus, refleksi perkembangan berbagai kompetensi, memperlihatkan tingkat perkembangan kemajuan belajar siswa, bagian integral dari proses pembelajaran, untuk satu periode, dan tujuan diagnostik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebuah asesmen portofolio adalah koleksi kerja siswa yang menunjukkan usaha, kemajuan, atau kemampuan siswa pada area yang ditentukan. Koleksi ini meliputi: (1) partisipasi siswa di dalam seleksi isi portofolio; (2) petunjuk bagaimana menyeleksinya; (3) kriteria untuk penilaian; dan (4) bukti refleksi-diri siswa (Meyer et al dalam Reckase, 1995).

Sebuah portofolio seharusnya memperlihatkan pertumbuhan kemampuan siswa di dalam pembelajaran. Portofolio merupakan kumpulan hasil kerja yang menyediakan bukti-bukti kompetensi siswa. Portofolio tersebut juga menunjukkan inisiatif, kemampuan dan keterampilan siswa. Menurut Collette dan Chiappetta (1994), agar koleksi hasil kerja siswa dapat disebut sebagai portofolio, diperlukan persyaratan : (1) Sebuah portofolio seharusnya mengandung kerja orisinil siswa dalam periode tertentu. (2) Bahan dalam portofolio dapat juga termasuk bahan-bahan yang tidak dihasilkan oleh siswa, misalnya handout, LKS, catatan dosen, dan catatan laboratorium. Dokumen-dokumen tersebut merupakan bukti-bukti berbagai aktivitas yang terjadi selama periode tertentu dalam pembelajaran IPA. (3) Koleksi hasil kerja dalam portofolio seharusnya memperlihatkan aspek-aspek yang berbeda dari kemampuan siswa. (4) Sebuah portofolio seharusnya mengandung bahan-bahan yang menunjukkan bahwa siswa telah menuntaskan aspek-aspek tertentu dalam pembelajaran. (5) Sebuah portofolio seharusnya merupakan bukti kerja siswa sehingga dapat diases. Menurut Rhoades & McCabe (dalam Maurer, 1996), terdapat lima jenis model portofolio yakni portofolio kelompok, portofolio individu, portofolio karir, portofolio kelas, dan portofolio kualitas program.

  1. Alasan Penggunaan Portofolio

Penggunaan portofolio untuk asesmen siswa memungkinkan siswa dan guru menyelenggarakan proses pembelajaran melalui asesmen (Freidman et al, 2001). Dengan kata lain penggunaan portofolio akan menjadikan asesmen merupakan bagian tak terpisahkan dari pembelajaran. Hal ini berimplikasi bahwa prosedur asesmen tidak hanya melalui pengukuran dan penguatan terhadap hasil belajar, akan tetapi lebih ke arah penguatan pengembangan strategi-strategi, sikap-sikap, keterampilan-keterampilan, dan proses kognitif yang esensial untuk pembelajaran sepanjang hayat. Lebih lanjut Freidman et al (2001) memperinci manfaat portofolio, sebagai berikut: (1) Sumbangan portofolio terhadap asesmen. Sumbangan ini meliputi asesmen terhadap hasil pembelajaran, penyediaan bukti-bukti kinerja, penggambaran bukti-bukti yang dikumpulkan dalam jangka waktu tertentu, kemajuan siswa sebagai hasil belajar, serta asesmen formatif dan sumatif. (2) Berfokus pada atribut-atribut kepribadian siswa. Manfaat dalam area ini misalnya menyediakan bukti-bukti personal dan profesional dalam pembelajaran siswa, menyediakan umpan balik terhadap nilai-nilai, perasaan, dan cara untuk penanganan sejumlah pengalaman yang signifikan terhadap kepribadiannya. (3) Menguatkan hubungan antara guru dan siswa. Memungkinkan adanya dialog antar siswa dan dengan guru, mengingatkan siswa bahwa embelajaran adalah proses dua arah, cerminan kerja siswa dan guru, meningkatkan harapan guru terhadap kemampuan berpikir dan pemecahan masalah siswanya. (4) Merangsang penggunaan strategi-strategi reflektif. Memfasilitasi penggunaan pengalaman masa lalu untuk pembelajaran dan mengenali kemajuan, merangsang penggunaan keterampilan reflektif, menggunakan strategi-strategi analisis dalam proses metakognitif, dan memungkinkan guru untuk memisahkan kualitas bukti dari kemampuan siswa dalam merefleksikan bukti tersebut. (5) Meluaskan pemahaman terhadap kompetensi profesional. Persepsi siwa dan interpretasinya terhadap pengalamannya akan menumbuhkan pemahaman siswa terhadap pertumbuhan profesional.

  1. Jenis Portofolio

Portofolio yang berbeda-beda jenisnya dihasilkan dari dan untuk memenuhi maksud dan konteks pendidikan. Berdasarkan tujuan asesmen portofolio, Klenowski (2002) membedakan portofolio menjadi: (1) portofolio untuk tujuan sumatif, (2) portofolio untuk sertifikasi dan seleksi, (3) portofolio untuk tujuan penilaian dan promosi, (4) portofolio untuk mendukung pembelajaran dan pengajaran, (5) portofolio untuk tujuan pengembangan profesional. Menurut Duffy (1999), terdapat empat jenis atau tingkatan portofolio berdasarkan tanggung jawab siswa terhadap kerjanya dan bagaimana guru membantu siswanya, yaitu : (1) Portofolio semua hal (The Everything Portfolio). Merupakan suatu kumpulan karya siswa melintasi berbagai variasi siswa, kelas, semester, atau tahun. Portofolio ini berisi karya siswa, baik selama proses maupun draft final. Seleksi karya dalam portofolio jenis ini bukan merupakan tujuan utama. (2) Portofolio produk (The Product Portfolio). Pada portofolio produk, guru menyediakan daftar isi suatu topik atau produk. Siswa memasukkan contoh-contoh karyanya dalam area daftar isi tersebut. Portofolio ini menjadi semacam ceklis kompetensi. Guru merumuskan topik penting untuk dipelajari, dan siswa menyelesaikan tugas-tugasnya untuk menuntaskan topik tersebut, dan dibuktikan oleh terpenuhinya daftar isi seputar topik itu dengan karya siswa. (3) Portofolio “pameran” (The Showcase Portfolio). Guru menyediakan daftar isi suatu topik, dan siswa mengevaluasi elemen-elemen untuk portofolionya dan memberikan alasan rasional untuk tiap seleksinya. Siswa diingatkan untuk tidak sekedar memasukkan karya yang dinilai baik oleh guru, akan tetapi harus pula mempertimbangkan audien dan tujuan portofolio itu. (4) Portofolio tujuan (The Objective Portfolio). Guru merumuskan daftar tujuan atau pernyataan tentang kualitas kinerja. Siswa menyeleksi dari kumpulankaryanya untuk mempertemukan karya terbaiknya dengan tujuan tersebut. Portofolio jenis ini sebaiknya tidak dibatasi pada karya tertulis saja, akan tetapi segala artifak dan kinerja siswa (misalnya dalam berbagai berbagai format media) yang berkaitan dengan tujuan atau kualitas kinerja yang diminta.

B. Asesmen Portofolio

  1. Sejarah Perkembangan Asesmen Portofolio

Menurut sejarahnya, portofolio pertama kali digunakan pada dunia seni, merujuk pada kumpulan karya seorang seniman secara kronologis yang merupakan cerminan perkembangan berkeseniannya. Dalam bidang pendidikan, portofolio pertamakali digunakan dalam pendidikan seni. Selanjutnya portofolio berkembang ke bidang pendidikan bahasa, matematika dan sains, dan ilmu-ilmu sosial. Dalam bidang pendidikan bahasa, portofolio banyak digunakan sebagai bahan penilaian kemampuan membaca dan menulis.

Asesmen portofolio telah digunakan dalam dunia pendidikan, utamanya di negara-negara berkembang. Keberadaannya menjadi semakin penting karena adanya perubahan-perubahan dalam cara memandang bagaimana mestinya penilaian perkembangan belajar dilakukan, sejalan dengan pandangan bahwa individu belajar bersifat holistik sekaligus individual. Kini, asesmen portofolio digunakan mulai dari tingkat sekolah dasar hingga tingkat perguruan tinggi. Universitas Tokyo adalah salah satu perguruan tinggi pertama yang menggunakan portofolio sebagai bahan pertimbangan penerimaan mahasiswa baru. Asesmen portofolio telah lama digunakan untuk menilai perkembangan profesional seorang calon guru (teacher education) di negara-negara maju. Amerika Serikat bahkan beberapa distrik dan negara bagian telah menggunakan asesmen portofolio secara formal, seperti di San Diego dan Vermont. Wacana tentang asesmen portofolio di Indonesia banyak terdengar sejak lahirnya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dimana asesmen portofolio merupakan salahsatu pendekatan asesmen yang paling komprehensif yang digunakan

  1. Hakikat Asesmen Portofolio

Asesmen portofolio adalah suatu prosedur pengumpulan informasi mengenai perkembangan dan kemampuan siswa melalui portofolionya, dimana pengumpulan informasi tersebut dilakukan secara formal dengan menggunakan kriteria tertentu, untuk tujuan pengambilan keputusan terhadap status siswa. Dalam suatu portofolio terdapat paling sedikit tujuh elemen pokok, yaitu (1) adanya tujuan yang jelas, dan dapat mencakup lebih dari satu ranah, (2) kualitas hasil (outcome), (3) bukti-bukti otentik yang mencerminkan dunia nyata dan bersifat multi sumber, (4) kerjasama siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru, (5) penilaian yang integratif dan dinamis karena mencakup multidimensi, (6) adanya kepemilikan (ownership) melalui refleksi diri dan evaluasi diri, (7) perpaduan asesmen dengan pembelajaran.

Salah satu alasan asesmen portofolio digunakan dalam dunia pendidikan dewasa ini adalah karena adanya ketidakpuasan terhadap penggunaan tes-tes baku yang dianggap tidak mampu menampilkan kemampuan siswa secara menyeluruh. Dalam konteks ini, yang dimaksud dengan tes baku adalah tes-tes yang secara tradisional digunakan untuk mengukur perkembangan belajar. Tes-tes tersebut kebanyakan berbentuk tes objektif dimana hanya ada satu pilihan jawaban yang benar. Tes-tes tersebut dikembangkan dalam format pilihan ganda, satu butir tes disediakan tiga hingga lima kemungkinan jawaban. Sebelum digunakan, tes-tes tersebut distandarisasi terlebih dahulu. Dalam perkembangan berikutnya, tes-tes di kelas pun, yang sifatnya formatif, juga menggunakan bentuk-bentuk tes baku tersebut. De Fina (1994) merangkum ciri-ciri dari asesmen portofolio: terjadi pada situasi alamiah, memberi kesempatan siswa menunjukkan kelebihan maupun kelemahannya, informasinya bersifat langsung, pada saat itu (hands-on), asesmen dapat dilakukan bersama-sama antara guru, orangtua, dan bahkan siswa, bersifat terus-menerus (ongoing), sehingga memberikan kesempatan beragam untuk dilakukan asesmen, mengases hal-hal secara realistis dan bermakna, Memberi kesempatan siswa melakukan refleksi terhadap karya dan pengetahuannya, Memberi kesempatan refleksi bagi orang lain yang berkepentingan, mengenai pengetahuan siswa dan karya-karyanya, Mendorong temu wicara (conference) antara guru dan siswa, Menempatkan siswa sebagai pusat proses pendidikan karena gambaran keadaannya berguna untuk perbaikan kurikulum dan pembelajaran

Asesmen portofolio mengandung tiga elemen penting yaitu sampel karya siswa, evaluasi diri, dan kriteria penilaian yang jelas dan terbuka. Penjelasan dari ketiga elemen tersebut adalah sebagai berikut :

Sampel Karya Siswa

Sampel karya siswa menunjukkan perkembangan belajarnya dari waktu ke waktu. Sampel tersebut dapat berupa tulisan/karangan, audio atau video, laporan, problem matematika, maupun eksperimen. Isi dari sampel tersebut disusun secara sistematis tergantung pada tujuan pembelajaran, preferensi guru, maupun preferensi siswa. Asesmen portoflolio menilai proses maupun hasil. Oleh karena itu proses dan hasil sama pentingnya. Meskipun asesmen ini bersifat berkelanjutan, yang berarti proses mendapatkan porsi penilaian yang besar (bandingkan dengan asesmen konvensisonal yang hanyha menilai hasil belajar) tetapi kualitas hasil sangat penting. Dan memang, penilaian proses yang dilakukan tersebut sesungguhnya memberi kesempatan. Portofolio bersifat individual, dalam arti, dapat memenuhi tujuan kelas maupun tujuan siswa. Oleh karena itu tidak mungkin ada dua portofolio yang sama persis. Meski demikian perlu ditentukan cara menyusun sampel tersebut sehingga memudahkan proses asesmen dan pelaporannya (sharing) kepada orangtua maupun pihak-pihak yang berkepentingan. Wyaatt III dan Looper (1999) mengatakan ada tiga jenis portofolio berdasarkan teknik penyusunannya yaitu portofolio karya terbaik, portofolio perkembangan, dan portofolio berdasarkan topik. Portofolio karya terbaik adalah portofolio mengenai karya-karya terbaik yang dihasilkan oleh siswa.

Mengingat portofolio bersifat kolaboratif sekaligus individual, pemilihan karya terbaik dilakukan siswa bersama dengan temannya (peer evaluation) maupun guru (dalam student-teacher conferences). Dalam konferensi dengan siswa, guru biasanya menanyakan kenapa dia memilih karya tersebut sebagi karya terbaiknya. Refleksi ini dapat pula dilakukan secara tertulis. Isi folder adalah berbagai produk yang dihasilkan oleh siswa, baik yang berupa bahan/draf maupun karya (terbaik), dan disebut entri (entry). Sumber informasi dapat diperoleh dari tes maupun non-tes (dengan tes objektif diupayakan minimal). Bahan non-tes antara lain karya (artefak), rekaman, draf, kinerja, dan lain-lain yang dapat menunjukkan perkembangan siswa sebagai pebelajar. Catatan dan bahan evaluasi-diri juga merupakan bagian dalam folder.

Evaluasi Diri dalam Asesmen Portofolio

Evaluasi diri merupakan analisis terhadap sikap dan proses belajar siswa, dimana informasi tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan perkembangan dan proses belajar yang berkelanjutan. Dalam asesmen portofolio, evaluasi diri merupakan komponen yang sangat penting. O’Malley (1994) mengatakan bahwa ‘self-assessment is the key to portfolio’. Hal ini disebabkan karena melalui evaluasi diri siswa dapat membangun pengetahuannya serta merencanakan dan memantau perkembangannya apakah rute yang ditempuhnya telah sesuai. Melalui evaluasi diri siswa dapat melihat kelebihan maupun kekurangannya, untuk selanjutnya kekurangan ini menjadi tujuan perbaikan (improvement goal). Dengan demikian siswa lebih bertanggung jawab terhadap proses belajarnya dan pencapaian tujuan belajarnya.

Refleksi dan evaluasi diri merupakan cara untuk menumbuhkan rasa kepemilikan (ownership) siswa terhadap proses dan hasil belajarnya. Siswa akan mengerti bahwa apa yang dilakukannya dan dihasilkannya melalui proses belajar tersebut memang merupakan hal yang berguna bagi diri dan kehidupannya. Rolheiser dan Ross (2005) mengajukan suatu model teoretik untuk menunjukkan kontribusi evaluasi diri dalam proses belajar seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Model evaluasi diri mereka menekankan bahwa, ketika mengevaluasi sendiri performansinya, kegiatan ini mendorong siswa untuk menetapkan tujuan yang lebih tinggi (goals). Untuk itu, siswa harus melakukan usaha yang lebih keras (effort). Kombinasi dari goals dan effort ini menentukan prestasi (achievement); selanjutnya prestasi ini berakibat pada penilaian terhadap diri (self-judgment) melalui kontemplasi seperti pertanyaan, ‘Apakah tujuanku telah tercapai’? Akibatnya timbul reaksi (self-reaction) seperti ‘Apa yang aku rasakan dari prestasi ini?’

gbr.1

Gambar 1. Model teoretik kontribusi evaluasi diri dalam proses belajar

Goals, effort, achievement, self-judgment, dan self-reaction dapat terpadu untuk membentuk kepercayaan diri (self-confidence) yang positif. Kedua penulis menekankan bahwa sesungguhnya, evaluasi diri adalah kombinasi dari komponen self-judgment dan self-reaction dalam model di atas. Evaluasi diri adalah suatu unsur metakognisi yang sangat berperan dalam proses belajar. Oleh karena itu, agar evaluasi dapat berjalan dengan efektif, Rolheiser dan Ross menyarankan agar siswa dilatih untuk melakukannya. Kedua peneliti mengajukan empat langkah dalam berlatih melakukan evaluasi diri, yaitu: (1) libatkan semua siswa dalam menentukan kriteria penilaian, (2) pastikan semua siswa tahu bagaimana caranya menggunakan kriteria tersebut untuk menilai kinerjanya sendiri, (3) berikan umpan balik pada mereka berdasarkan hasil evaluasi dirinya, dan (4) arahkan mereka untuk mengembangkan sendiri tujuan dan rencana kerjanya.

Siswa diajak untuk menetapkan kriteria penilaian. Curah pendapat (brainstorming) sangat tepat dilakukan. Guru sebaiknya menyiapkan terlebih dahulu rambu-rambu criteria penilaian tersebut agar diskusi bias berjalan lancer dan terarah. Kriteria ini dilengkapi dengan bagaimana cara mencapainya. Dengan kata lain, kriteria penilaian adalah produknya, sedangkan proses mencapai kriteria tersebut dipantau dengan menggunakan ceklis evaluasi diri. Cara mengembangkan kriteria penilaian sama dengan mengembangkan rubrik penilaian dalam asesmen kinerja. Ceklis evaluasi diri dikembangkan berdasarkan hakikat kegiatan/tugas yang dilakukan siswa tersebut dan bagaimana cara mencapainya. Langkah-langkah selanjutnya sudah jelas, dan guru sudah terbiasa melakukannya.

Kriteria Penilaian yang Jelas dan Terbuka

Bila pada jenis-jenis asesmen konvensional kriteria penilaian menjadi ‘rahasia’ guru atau pun tester, dalam asesmen portofolio justru harus disosialisasikan kepada siswa secara jelas. Kriteria tersebut dalam hal ini mencakup prosedur dan standar penilaian. Para ahli menganjurkan bahwa sistem dan standar asesmen tersebut ditetapkan bersama-sama dengan siswa, atau paling tidak diumumkan secara jelas. Adanya kriteria penilaian terkait dengan tujuan pembelajaran. Asesmen portofolio bersifat komprehensif dimana berbagai karya siswa yang mencerminkan kinerja belajarnya dapat ditelusuri disana. Berbagai strategi asesmen dapat masuk kedalam porofolio siswa, seperti asesmen kinerja, esai, projek, maupun hasii tes objektif (bila masih dilakukan). Dengan kata lain, asesmen portofolio dapat merupakan kumpulan (koleksi) kinerja siswa dari berbagai cara pengumpulan data tentang prestasi belajar siswa. Namun, cara-cara asesmen tersebut dapat pula dilakukan secara sendiri-sendiri sesuai dengan kebutuhan.

  1. Model Asesmen Portofolio

Berikut ini adalah modifikasi dari model asesmen portofolio oleh O’Malley (1994). Model tersebut (portfolio assessment model) disesuaikan dengan tiga komponen pembelajaran, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pnalisis dan pelaporan.

  1. Perencanaan, terdiri atas kegiatan: (1) Menentukan tujuan dan fokus (standar kompetensi, kompetensi dasar, kriteria keberhasilan) (2) Merencanakan isi portofolio, yang meliputi pemilihan prosedur asesmen, menentukan isi/topik, dan menetapkan frekuensi dan waktu dilakukannya asesmen. (3) Mendesain cara menganalisis portofolio, yaitu dengan menetapkan standar atau kriteria penilaian, menetapkan cara memadukan hasil penilaian dari berbagai sumber, dan menetapkan waktu analisis. (4) Merencanakan penggunaan portofolio dalam pembelajaran, yaitu berupa pemberian umpan balik. (5) Menentukan prosedur pengujian keakuratan informasi, yaitu menetapkan cara mengetahui reliabilitas informasi dan validitas penilaian.
  2. Implementasi model (terpadu dengan pembelajaran), terdiri dari kegiatan: (1) Mengumumkan tujuan dan fokus pembelajaran kepada siswa,  (2) Menyepakati prosedur asesmen yang digunakan serta kriteria penilaiannya, (3) Mendiskusikan cara-cara yang perlu dilakukan untuk mencapai hasil maksimal, (4) Melaksanakan asesmen portofolio (folder, evaluasi diri), (5) Memberikan umpan balik terhadap karya dan evaluasi diri
  3. Analisis dan pelaporan, terdiri dari kegiatan: (1) Mengumpulkan folder,  (2) Menganalisis berbagai sumber dan bentuk informasi, (3) Memadukan berbagai informasi yang ada, (4) Menerapkan kriteria penilaian yang telah disepakati, (5) Melaporkan hasil asesmen

4.  Analisis dan Pelaporan

Penilaian pengajar terhadap perkembangan dan prestasi pebelajar dapat diberikan berupa skor maupun deskripsi. Tetapi pada dasarnya, semua penilaian tersebut bersifat deskriptif karena skor-skor yang diberikan merupakan refleksi dari komponen-komponen dengan deskripsi yang jelas. Hal ini sangat berbeda dengan pemberian skor dalam tes objektif. Terdapat tiga komponen utama dalam asesmen kinerja seperti asesmen portofolio, yaitu tugas kinerja (performance task), rubrik performansi (performance rubrics), dan cara penilaian (scoring guide). Tugas kinerja adalah suatu tugas yang berisi topik, standar tugas, deskripsi tugas, dan kondisi penyelesaian tugas. Rubrik performansi merupakan suatu rubrik yang berisi komponen suatu performansi ideal dan deskriptor dari setiap komponen tersebut. Cara penilaian kinerja yaitu (1) holistic scoring, yaitu pemberian skor berdasarkan impresi penilai secara umum terhadap kualitas performansi; (2) analytic scoring, yaitu pemberian skor terhadap aspek-aspek yang berkontribusi terhadap suatu performansi; dan (3) primary traits scoring, yaitu pemberian skor berdasarkan beberapa unsur dominan dari suatu performansi.

Portofolio dapat dinilai secara kontinum (dari sangat baik hingga sangat kurang baik), dan dikomentari secara deskriptif. Komentar deskriptif tersebut berisi antara lain pujian atas hal-hal baik dari portofolio tersebut, dan saran-saran untuk perbaikan hal-hal yang masih perlu ditingkatkan. Dengan demikian untuk nilai raport, pengajar akan memiliki nilai dari setiap entri, setiap folder, dan ulangan (bila tetap diadakan, baik ulangan formatif maupun sumatif). Dapat dibayangkan banyaknya informasi (nilai) yang dimiliki oleh pengajar. Oleh karena itu, perlu ditentukan bobot untuk portofolio, ulangan formatif, dan sumatif (folder portofolio dapat digunakan sebagai bahan penilaian formatif maupun sumatif). Perlu ditetapkan porsi/bobot untuk domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Penentuan bobot tersebut harus disesuaikan dengan tujuan/kompetensi dasar yang telah ditetapkan.

  1. Validitas dan Reliabilitas Asesmen Portofolio

Validitas dalam asesmen portofolio mengacu kepada bukti yang tersedia untuk interpretasi asesmen (Klenowski, 2002). Semua asesmen pada dasarnya berdasarkan sampling perilaku atau kinerja yang digunakan untuk generalisasi ke ‘semesta perilaku’ (Nuttal, dalam Klenowski, 2002). Sampling perilaku ini pada akhirnya bergantung pada asesor/guru, sehingga hal ini menjadi titik kritis validitas asesmen, termasuk asesmen portofolio. Dikaitkan dengan istilah-istilah validitas yang umum, Nitko (dalam Klenowski, 2002) menyatakan: (1) validitas isi di dalam portofolio antara lain ditunjukkan apakah karya di dalam portofolio searah dengan tujuan pembelajaran, (2) validitas konstruk di dalam portofolio antara lain ditunjukkan, apakah karya di dalam portofolio mencerminkan keterampilan yang sesuai dengan konstruk keterampilan. (Sebagai contoh, keterampilan pemecahan masalah memiliki konstruk yang berbeda dengan keterampilan komunikasi). (3) validitas kriteria menunjukkan seberapa baik korelasi atau prediksi pengukuran kriteria eksternal dengan fokus asesmen. Friedman et al (2001) menyatakan bahwa kekuatan asesmen portofolio adalah asesmen portofolio memiliki kekuatan validitas prediktif, yakni menunjukkan kekuatan untuk memprediksi kinerja atau profesionalitas selanjutnya.

Esensi dari reliabilitas portofolio adalah apakah hasil asesmen dari portofolio serupa masih sama jika dilakukan oleh dua orang asesor. Terdapat enam kriteria untuk penskoran portofolio yang reliabel (Klenowski, 2002), yakni: (1) Penskoran harus terjadi pada kondisi yang sama, (2) Kriteria yang spesifik, dibuktikan oleh rubrik penskoran, harus dipahami dan digunakan. (3) Contoh-contoh (eksemplar) harus tersedia untuk tiap tingkat skala penskoran. (4) Pengecekan berkala untuk reliabilitas harus dilakukan. (5) Penilaian multipel harus digunakan dalam penskoran.

 

BAB III. KESIMPULAN

 Berdasarkan pembahasan dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

  1. Portofolio merupakan sebuah kumpulan atau koleksi seleksi dan sistematisasi karya siswa yang memperlihatkan ketuntasan atau pertumbuhan dalam area tertentu dalam jangka waktu tertentu. Portofolio memungkinkan guru dan siswa mengkonstruksi gambaran terorganisasi, proses, dan deskriptif tentang pembelajaran siswa. Koleksi tersebut dapat meliputi contoh-contoh karya, contoh hasil tulisan yang diseleksi berdasarkan pertimbangan siswa itu sendiri untuk menunjukkan tentang dirinya.
  2. Penggunaan portofolio untuk asesmen memungkinkan siswa dan guru menyelenggarakan proses pembelajaran melalui asesmen. Dengan kata lain penggunaan portofolio akan menjadikan asesmen merupakan bagian tak terpisahkan dari pembelajaran. Hal ini berimplikasi bahwa prosedur asesmen tidak hanya melalui pengukuran dan penguatan terhadap hasil belajar, akan tetapi lebih ke arah penguatan pengembangan strategi-strategi, sikap-sikap, keterampilan-keterampilan, dan proses kognitif yang esensial untuk pembelajaran sepanjang hayat.
  3. Berdasarkan tujuan asesmen, portofolio dibedakan menjadi portofolio untuk tujuan sumatif, portofolio untuk sertifikasi dan seleksi, portofolio untuk tujuan penilaian dan promosi, portofolio untuk mendukung pembelajaran dan pengajaran, dan portofolio untuk tujuan pengembangan profesional.
  4. Salah satu alasan asesmen portofolio digunakan dalam dunia pendidikan adalah karena adanya ketidakpuasan terhadap penggunaan tes tes baku yang dianggap tidak mampu menampilkan kemampuan siswa secara menyeluruh. Asesmen portofolio mengandung tiga elemen penting yaitu sampel karya siswa, evaluasi diri, dan kriteria penilaian yang jelas dan terbuka
  5. Langkah-langkah melakukan asesmen portofolio adalah : (1) Perencanaan, terdiri atas kegiatan menentukan tujuan dan fokus, merencanakan isi portofolio, mendesain cara menganalisis portofolio, merencanakan penggunaan portofolio dalam pembelajaran, menentukan prosedur pengujian keakuratan informasi. (2) Implementasi model, terdiri dari kegiatan:  mengumumkan tujuan dan fokus pembelajaran kepada siswa,  menyepakati prosedur asesmen yang digunakan serta kriteria penilaiannya, mendiskusikan cara-cara yang perlu dilakukan untuk mencapai hasil maksimal, melaksanakan asesmen portofolio (folder, evaluasi diri), memberikan umpan balik terhadap karya dan evaluasi diri. (3) Analisis dan pelaporan, terdiri dari kegiatan mengumpulkan folder, menganalisis berbagai sumber dan bentuk informasi, memadukan berbagai informasi yang ada, menerapkan kriteria penilaian yang telah disepakati, melaporkan hasil asesmen.
  6. Penilaian pengajar terhadap perkembangan dan prestasi pebelajar dapat diberikan berupa skor maupun deskripsi. Tetapi pada dasarnya, semua penilaian tersebut bersifat deskriptif karena skor-skor yang diberikan merupakan refleksi dari komponen-komponen dengan deskripsi yang jelas. Portofolio hendaknya dinilai secara kontinum dari sangat baik hingga sangat kurang baik, dan dikomentari secara deskriptif. Komentar deskriptif tersebut berisi antara lain pujian atas hal-hal baik dari portofolio tersebut, dan saran-saran untuk perbaikan hal-hal yang masih perlu ditingkatkan.
  7. Hal-hal terkait validitas asesmen portofoliao yaitu validitas isi di dalam portofolio antara lain ditunjukkan apakah karya di dalam portofolio searah dengan tujuan pembelajaran, validitas konstruk di dalam portofolio antara lain ditunjukkan, apakah karya di dalam portofolio mencerminkan keterampilan yang sesuai dengan konstruk keterampilan, validitas kriteria menunjukkan seberapa baik korelasi atau prediksi pengukuran kriteria eksternal dengan fokus asesmen. Terdapat enam kriteria untuk penskoran portofolio yang reliabel, yaitu penskoran harus terjadi pada kondisi yang sama; kriteria yang spesifik, dibuktikan oleh rubrik penskoran, harus dipahami dan digunakan; contoh-contoh harus tersedia untuk tiap tingkat skala penskoran; pengecekan berkala untuk reliabilitas harus dilakukan; penilaian multipel harus digunakan dalam penskoran.

DAFTAR PUSTAKA

(Daftar pustaka dapat direquest melalui email : msutarno_unib@yahoo.com)

 

Tinggalkan komentar