E-LEARNING : Pembelajaran Berbasis ICT

E-Learning merupakan suatu penerapan teknologi informasi yang relatif baru di Indonesia, mulai dikenal secara komersil pada tahun 1995 ketika IndoInternet membuka layanannya sebagai penyedia jasa layanan internet. E- Learning terdiri dari dua bagian, yaitu “e” yang merupakan singkatan dari ‘electronic’ dan “learning” yang berarti ‘pembelajaran’. Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa/bantuan perangkat elektronik, khususnya perangkat komputer.

Banyak pakar pendidikan memberikan definisi mengenai Web Based Learning atau yang dikenal dengan e-learning, seperti dipaparkan oleh Soekartawi, Haryono dan Librero (Suyanto, 2005), berikut ini:

e-learning is a generic term for all technologically supported learning using an array of teaching and learning tools as phone bridging, audio and videotapes, teleconferencing, satellite transmissions, and the more recognized web-based training or computer aided instruction also commonly referred to as online courses.

E-Learning merupakan kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan jaringan internet, LAN (Local Area Network), ataupun WAN (Wide Area Network) sebagai metoda penyampaian, interaksi, dan fasilitas serta didukung oleh berbagai bentuk layanan belajar lainnya (Brown, 2000; dan Feasey, 2001); yang dapat dilakukan dengan metode synchronous ataupun asynchronous. Pakar pendidikan lain memberikan  definisi mengenai e-learning, tidak begitu jauh dengan definisi di atas, adalah seperti yang dipaparkan oleh Thompson (dalam Yaniawati, 2006), berikut ini: “E-Learning is instructional content or learning experiences delivered or enabled by electronic technology”. Kemudian Thompson juga menyebutkan kelebihan e-learning yang dapat memberikan fleksibilitas, interaktifitas, kecepatan, visualisasi melalui berbagai kelebihan dari masing-masing teknologi. Belajar melalui online ini akan memudahkan kedua belah pihak, karena penyampaian materi ajar lebih cepat, mudah dan lebih efisien dibanding dengan cara-cara lain.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat dikatakan bahwa e-learning lebih luas dibandingkan dengan on-line learning yang biasa juga disebut juga dengan istilah virtual learning atau web based learning. Virtual learning hanya menggunakan internet atau intranet LAN/WAN, tidak termasuk menggunakan CD-ROM (Compact-Disc Read Only Memory).

Sejalan dengan itu, Onno W. Purbo (2002) justru berpendapat bahwa istilah “e” atau singkatan dari elektronik dalam e-learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha pembelajaran lewat teknologi internet.

E-learning adalah sebuah proses pembelajaran yang berbasis elektronik. Salah satu media yang digunakan adalah jaringan komputer. Dengan dikembangkannya di jaringan komputer memungkinkan untuk dikembangkan dalam bentuk berbasis web, sehingga kemudian dikembangkan ke jaringan komputer yang lebih luas yaitu internet. Penyajian e-learning berbasis web ini bisa menjadi lebih interaktif. Materi pengajaran dan pembelajaran yang disampaikan melalui media ini berbentuk teks, grafik, animasi, simulasi, audio, dan video. Perbedaan pembelajaran tradisional dengan e-learning, yaitu pada kelas tradisional guru pada umumnya dianggap sebagai sumber utama yang ditugaskan untuk menyalurkan ilmu pengetahuan kepada siswanya. Sedangkan dalam pembelajaran e-learning fokus utamanya adalah siswa. Siswa mandiri dan bertanggungjawab untuk pembelajarannya.

Cisco (Suyanto, 2005) menjelaskan filososfis e-learning sebagai berikut: (a) e-learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan secara on-line; (b) e-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku teks, CD-ROM, dan pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi; (c) e-learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan content dan pengembangan teknologi pendidikan; (d) kapasitas siswa amat bervariasi tergantung pada bentuk, isi dan cara penyampaiannya. Makin baik keselarasan antar content dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akan lebih baik kapasitas siswa yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik. Sedangkan karakteristik e-learning (Suyanto, 2005), antara lain: (a) memanfaatkan jasa teknologi elekronik sebagai media untuk berkomunikasi dengan relatif mudah dan tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler; (b) memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan computer nerworks); (c) mengggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu; (d) memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.

Selain manfaat dan beberapa kelebihan e-learning yang mungkin bisa dioptimalkan dalam pembelajaran, beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan beberapa kelemahan e-learning, diantaranya seperti yang diutarakan oleh James J. Cappel dan Roger L. Hayen dalam Journal of Computer Information Systems (2004:54) sebagai berikut:

…, the problems or limitations of this online learning experience identified by users focused on seven areas: insufficient interaction, problems with students losing completed (saved) work, dial-up problems, the length of the learning unit, printing limitations, assessment issues, and content limitations.

Sementara Irwin T.J Brown dalam Electronic Journal of Information Systems in Developing Countries (2002) menyatakan bahwa pemahaman seseorang akan kebermanfaatan suatu teknologi (perceived of usefullness) tidak bisa dijadikan landasan untuk memperkirakan tingkat penggunaan teknologi tersebut. Tingkat penggunaan suatu teknologi   dipengaruhi oleh kemudahan penggunaan dari teknologi tersebut (perceived ease of use), daripada pemahaman akan kebermanfaatannya. Untuk itu, yang perlu diperhatikan dalam pengembangan model pembelajaran berbasis web adalah bagaimana membuat aplikasi yang mudah digunakan.

Model pembelajaran berbasis web dapat dikembangkan dari yang sangat sederhana sampai yang paling kompleks. Untuk mengembangkan pembelajaran berbasis web yang efektif, diperlukan pendekatan sistem dan prinsip-prinsip desain pembelajaran. Sasaran atau audience yang didesain dengan baik memungkinkan desainer web merumuskan apa yang ingin diperbuat audience dan memutuskan bagaimana sistem dapat mencapainya dengan cara terbaik (Kristof & Satran, 1995). Selanjutnya dengan suatu pemahaman yang jelas mengenai tipe pengguna sistem akan menunjang seseorang dapat mendesain suatu sistem yang efektif, interaktif, dan berguna (Newman & Larning, 1995). Pendapat ini didukung pula oleh Holmes dan Gardner (2006) yang mengungkapkan bahwa:

The key to success of the personal computer in education is the freedom it gives learners to create and manage their own learning. Information and communication technologies allow people to develop their thoughts and share them with others in a variety of ways including chat rooms, bulletin boards and weblogs.

Untuk dapat menghasilkan e-learning yang menarik dan diminati, beberapa syarat model interaktif yang dikemukakan Cormack (Suyanti, 2006) dapat dijadikan rambu-rambu dalam merencanakan dan mendesain pembelajaran  berbasis web, yaitu: berpusat pada content, sederhana (simple), tercerna (legible), navigator yang jelas, konsisten, akurat, unik, sesuai dengan tujuan halaman, dan mengakomodasi keragaman pengguna.

(a)    Berpusat pada content; content dari materi yang akan dikembangkan dalam web harus menjadi prioritas utama. Gambar yang ditampilkan dalam bentuk animasi GIF maupun GIF statis bukan sekedar untuk dekorasi, tetapi mengarah ke content utama.

(b)   Kesederhanaan; desain web yang bagus lebih menunjukkan halaman web yang sederhana dan tidak penuh dengan grafik, bullet, heading, gif animasi dan visual yang tidak perlu lainnya.

(c)    Ketercernaan (legibility); perancang maupun pengembang web harus mengevaluasi sendiri apakah web yang dikembangkannya mudah dibaca dan contentnya secara keseluruhan mudah dipahami.

(d)   Kejelasan navigasi; navigator yang jelas membuat pengunjung mengetahui dalam konteks mana sedang beroperasi dan bagaimana mereka bisa terhubung dengan akhir situs.

(e)    Konsistensi; kekonsistenan pola web secara keseluruhan memungkinkan pengunjung familiar dengan “perilaku” situs sehingga tidak membingungkan.

(f)    Akurat; keefektifan metode pembelajaran kelas berbasis web menurun apabila pada situs tersebut masih banyak ditemukan kesalahan seperti link yang tidak jalan, HTML yang salah, atau image yang pecah dan tidak muncul.

(g)   Unik; web yang mempunyai tampilan dan nuansa yang unik, memudahkan pengunjung untuk melakukan identifikasi ketika mereka masuk atau meninggalkan domainnya.

(h)   Kesesuaian; kesesuaian penampilan halaman web dengan tujuan pembelajaran tiap halaman.

(i)     Mengakomodasi keragaman; memperhatikan keragaman pengunjung. Beberapa perangkat lunak yang digunakan dapat membantu memudahkan pengunjung secara ototmatis menggali content yang dikembangkan. (LM)

 

Daftar Pustaka (Bisa dipesan bila dibutuhkan)

2 Responses to E-LEARNING : Pembelajaran Berbasis ICT

  1. Abdul RAhman berkata:

    Bisa Mesen buku Tentang E learning atau ICT…

    • fisika21 berkata:

      Terimakasih sdh mengunjungi FENOMENA FISIKA. Buku buku tentang ICT sudah banyak dijual di toko toko buku seperti Gramedia atau di toko buku resmi lainnya, bahkan di toko buku tradisional seperti PALASARI-BANDUNG menyediakan berbagai buku secara lengkap termasuk buku ICT atau TIK

Tinggalkan komentar